BLOG
|
Drone2Map – 2D Mapping Oleh: Andika Hadi Hutama Drone2Map for ArcGIS merupakan salah satu premium apps yang memiliki kapabilitas untuk memproses data foto yang diambil oleh drone/UAV menjadi produk digital fotogrametri seperti orthophoto (2D) ataupun model 3D untuk keperluan visualisasi dan analisis. Pada tulisan kali ini, user akan berlatih membuat orthomosaic (2D) dengan studi kasus sederhana menggunakan data foto UAV yang sudah ter-geotag. Studi kasus kali ini akan memetakan kawasan Taman Tugu Tani, DKI Jakarta. 1. Create New Project > 2D Mapping > Create Give Your Project A Name Berikan nama untuk project terkait Select Where To Store Your Project Tentukan tempat penyimpanan project Coordinate System > Edit > Choose A Spatial Reference Tentukan sistem koordinat yang digunakan pada daerah yang bersangkutan. Pada kasus ini, sistem koordinat yang digunakan merupakan GCS WGS 1984 Add folder/images > Select Drone Imagery Folder Input data set foto yang akan diproses. Sebaiknya data foto dikumpulkan dalam 1 folder, dengan penamaan file yang berurutan seperti yang dapat dilihat pada gambar. Pada studi kasus ini, data foto diperoleh menggunakan wahana DJI Mavic Pro, sehingga masing-masing data foto tersebut sudah memiliki informasi posisi berupa koordinat (lintang, bujur, ketinggian). Apabila data foto sudah ditentukan, maka akan tampil seperti layar berikut: 2. Toolbars Basemap -> merupakan fitur untuk memilih layer basemap. Pada kasus ini basemap yang dipilih merupakan Imagery Manage GCPs -> GCP atau Ground Control Point merupakan titik kontrol yang akan digunakan sebagai koreksi posisi pada hasil produk orthomosaic nantinya. Syaratnya, user harus mengetahui nilai koordinat dari titik-titik GCP tersebut. Namun, pada studi kasus ini, penentuan titik-titik GCP tidak perlu dilakukan. Pembuatan orthomosaic tetap dilakukan karena data foto yang akan diproses sudah memiliki nilai koordinat hasil pengukuran GPS dari wahananya. Image Properties -> menyediakan informasi mengenai masing-masing data foto 3. Processing Options Sebelum pemrosesan dimulai, konfigurasi harus terlebih dahulu dilakukan. Masing-masing produk akan menentukan pengaturan konfigurasi yang berbeda, maka dari itu, user diharapkan memahami produk apa yang ingin dibuat dan data apa yang sudah dimiliki. Initial Processing Keypoints Image Scale [Rapid] Parameter ini bertujuan untuk menentukan banyaknya keypoints dalam 1 foto. Parameter Rapid dipilih bertujuan untuk mengurangi durasi pemrosesan data. Matching Image Pairs [Use Triangulation of Image Geolocations] Parameter [Aerial Grid or Corridor] dipilih berdasarkan metode akuisisi data foto. Berdasarkan studi kasus ini, sebelumnya telah dilakukan akuisisi data foto menggunakan DJI Mavic Pro dengan desain terbang grid atau corridor. Pada umumnya, beberapa wahana UAV komersil sudah memiliki sistem otomasi desain terbang seperti ini. Parameter [Use Triangulation of Image Geolocations] dipilih sebagai metode untuk menentukan metode pemrosesan data set foto menjadi orthomosaic. Parameter ini dipilih karena seluruh dataset foto sudah memiliki informasi posisi (koordinat lintang, bujur, ketinggian) Point Cloud and Mesh Karena tujuan dari pemrosesan data adalah untuk memproduksi produk orthomosaic (2D), apabila user dirasa tidak membutuhkan model 3D, maka proses pembuatan Point Cloud dan Mesh tidak perlu dilakukan. Matikan mode centang pada tab Processing Orthomosaic and DSM Create Orthomosaic [Automatic] GSD adalah Ground Sampling Distance. Nilai ini biasanya sudah diestimasi berdasarkan parameter-parameter lainnya seperti spesifikasi sensor pada kamera, tinggi terbang, dan lainnya. 4. Start Klik start untuk memulai pembuatan orthomosaics. Durasi pemrosesan data akan bergantung kepada jumlah foto dan konfigurasi pada Processing Options yang sudah ditentukan. Ketika proses pemrosesan sudah dimulai, indikator proses dapat dilihat di bagian bawah interface Drone2Map, seperti berikut: Berikut merupakan penampakan pada Drone2Map apabila pemrosesan data sudah selesai. Orthomosaic dapat langsung dilihat pada fitur mapviewer. 5. Processing Reports Untuk membuat laporan mengenai project terkait -> Processing Report. Informasi spesifik mengenai project Drone2Map terkait, seperti luasan area, GSD, desain terbang, dan lainnya dapat dilihat pada Report tersebut. 6. Share As -> Tile Layer Setelah pemrosesan data selesai, produk orthomosaics dapat dibagikan menggunakan akun ArcGIS Online/Portal for ArcGIS. Artikel ini dibuat oleh Andika Hadi Hutama dari ESRI Indonesia Spatial Heroes 3.0
... View more
06-27-2018
12:08 AM
|
0
|
0
|
3602
|
BLOG
|
Oleh: Alexander Daniel Pratama Operation Dashboard adalah salah satu aplikasi monitoring yang ditawarkan oleh Esri untuk menampilkan seluruh informasi proyek atau pekerjaan dalam satu layar. Aplikasi ini sering dipakai untuk memonitoring atau memantau keseluruhan aktivitas kerja secara live atau dikenal dengan istilah real-time. Salah satu penggunaan Operation Dashboard yang mudah dipahami adalah monitoring lalu lintas jalan. Pemantauan seperti berapa jumlah kendaraan dalam suatu jalan yang termonitor melalui CCTV bisa dilakukan dengan Operation Dashboard. Apabila ingin melihat secara langsung Dashboard, dapat berkunjung halaman web ini, http://pm.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/d8e84f99f08e40688c338cdccefdcc02 . Pada kesempatan kali ini, akan dijelaskan bagaimana cara membuat Dashboard dari awal sampai publishing Dashboard. Untuk membuat suatu Operation Dashboard tidak diperlukan kemampuan coding atau programming sama sekali. Esri telah membuat default template yang bisa diakses dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dari Operation Dashboard yang akan dibuat. Salah satu tampilan Operation Dashboard dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Tampilan Operation Dashboard Langkah-langkah membuat oeration dashboard Aplikasi internet browser, lalu meluncur ke alamat Arcgis online. Lakukan sign in dengan akun Arcgis online yang dimiliki Setelah proses sign in berhasil, klik map pada bagian kiri atas Pada bagian ini akan ditampilkan window web-map ArcGIS Online dengan tools dan beberapa menu yang lain. Masukkan Feature class yang akan ditampilkan dalam Operation Dashboard, dengan memakai fitur menu "Add",di bagian main menu bar Setelah data dimasukkan ke dalam web-map, lakukan rename di setiap nama featureclass. Rename ada di sub-menu "..." setiap feature class. Hal ini perlu dilakukan karena label nama yang ada dalam content akan menyesuaikan dengan isi di Operation Dashboard Apabila proses rename selesai, lakukan juga proses pengubahan bentuk simbol dan warnanya Kemudian, simpan web-map dengan menggunakan fitur "Save" di main menu bar. Isilah name, tag, summary (Optional), dan tempat penyimpanan web map di portal. Klik tombol save bila selesai melakukan semuanya Untuk membuat Operation Dashboard, klik "Share" di menu bar, lalu akan tampil window share. Dalam window share, lakukan penyetelan choose who can view this map. Penyetelan ini lebih dikhususkan apabila Operation Dashboard yang akan dibuat ingin diakses oleh publik. Apabila telah selesai, klik tombol CREATE A WEB APP Lalu, akan Window Share akan berubah menjadi Window Create a New Web App. Dalam proses ini akan ada pilihan untuk mengembangan web-map menjadi web-app. Untuk web-app berbasikan Operation Dashboard, klik tab Operation Dashboard. Isilah Title, Tags, dan Summary (Optional), dan menyetel tempat penyimpanan Operation Dashboard Selanjutnya akan ditampilkan Window Operation Dashboard yang masih kosong. Untuk menambahkan fitur-fitur operation dashboard dapat dilakukan dengan mengklik tombol " + " Dalam fitur-fitur operasi terdapat 12 fitur, diantaranya, Header, umumnya digunakan untuk judul dari Operation Dashboard Left-panel, digunakan untuk menambahkan panel di kanan Operation Dashboard Map, fitur yang menambahkan peta ke dalam Operation Dashboard Map-Legend, fitur yang menambahkan legenda ke dalam Operation Dashboard Serial chart, fitur yang menambahkan grafik batang atau garis ke dalam Operation Dashboard. Pie-chart, fitur yang menambahkan grafik pie ke dalam Operation Dashboard Indicator, fitur yang menambahkan suatu tampilan nilai angka ke dalam Operation Dashboard Gauge, fitur yang menambahkan suatu ukuran dalam bentuk grafik meteran List, fitur yang menambahkan sub-legenda yang spesifik ke dalam Operation Dashboard Details Rich Text, fitur yang menambahkan deskripsi tulisan di dalam panel ke dalam Operation Dashboard Embedded Content, fitur yang menambahkan konten website diluar Operation Dashboard Dalam konten ini, akan dicontohkan membuat Serial Chart. Klik Serial Chart, lalu akan keluar configuration window untuk serial chart. Pilih feature class yang akan dibuat dalam serial chart, lalu klik feature tersebut Di bagian tab Data, pilih Categories Form yaitu Feature, Category Field adalah field yang memiliki nilai label yang unik misal nama, dan untuk series 1-field adalah field yang memiliki nilai dari atribut nama tersebut Untuk menambahkan nilai yang berbeda dari field 1, klik tombol “+ Series” yang ada dibawah Series 1 field. Lakukan penyetelan field atribut tambahan yang akan ditampilkan Untuk mengganti tipe grafik menjadi grafik yang bertumpuk, atur di tab Series, dengan aturan Stacking adalah Stacked Untuk membuat label setiap grafik lebih rapi, gunakan Placement yaitu Staggered di tab Category Axis Bila sudah selesi, klik tombol Done di bagian pojok kanan bawah Untuk mengatur letak dan besarnya ukuran panel series-chart dapat dilakukan dengan mengarahkan mouse ke tengah panel untuk mengubah posisinya, atau batas-tepi dari panel untuk mengatur ukuran dashboard Selamat belajar dan mencoba
... View more
06-26-2018
10:58 PM
|
0
|
0
|
12132
|
BLOG
|
Halo Arcnesian! Pada post thread kali ini saya akan membagikan trik bagaimana para ArcMap user mampu berkreasi dengan symbology pada pembuatan peta serta efisiensi dalam memberikan symbology yang telah dibuat secara custom di setiap layout peta yang dibuat. Pernahkah teman-teman dalam membuat layout peta ingin menggunakan custom symbology? Simbol-simbol yang telah dibuat regulasinya oleh pemerintah baik secara warna? Lalu bagaimana cara menyimpan symbol yang telah dibuat? Thread ini akan menjawab pertanyaan tersebut secara satu persatu. Membuat symbol custom pada layout peta? Mungkin beberapa ArcMap user yang membaca ini pernah memiliki keinginan untuk menggunakan symbol secara custom dan tidak ingin menggunakan symbol yang telah tersedia di dalam library symbol ESRI, sebagai contoh adalah gambar gambar seperti dibawah ini. Gambar diatas merupakan contoh dari gambar berjenis file .png yang dapat digunakan untuk menjadi symbol didalam peta yang di layout, ArcMap memiliki fitur untuk menggunakan gambar berjenis file .jpg ataupun .png untuk menjadi symbol. Dalam kasus ini jenis file .png akan lebih sering digunakan karena sisi luar (dari lingkaran) tersebut akan tercetak secara transparan. Berikut adalah cara untuk memasukkan gambar .png yang bisa didapat dari websource seperti google atau membuat sendiri di aplikasi lain seperti photoshop dan coreldraw. Menyiapkan file berjenis .png, buka direktori folder dimana file ikon tersebut akan dipakai Bukalah ArcMap, Masukkan file berjenis point (contoh: titik rumah sakit), lalu atur lah symbology dengan cara klik 2 kali pada symbol dibawah nama layer titik rumah sakit yang terdapat pada table of content. Pilih edit symbol, dan akan muncul Symbol Property Editor Pada bagian Properties pilih lah tipe symbol yang diinginkan, pada kasus ini pilihlah Picture Marker Symbol Setelah itu akan muncul pop-up window yang meminta lokasi gambar yang diinginkan untuk menjadi symbol Pilih ikon yang diinginkan, kemudian secara otomatis window tertutup dan kembali Symbol Property Editor, dapat dilihat juga bahwa logo icon rumah sakit telah menjadi symbol. Kalian bisa langsung klik OK pada Symbol Property Editor untuk langsung mengatur ukuran dan juga sudut dari ikon tersebut. Setelah selasai kalian bisa langsung klik OK maka symbol akan terganti dengan symbol yang kalian inginkan. Menyesuaikan warna symbol dengan regulasi? Seringkali kita menemukan kondisi dimana warna pada peta telah ditentukan oleh pembuat regulasi (pemerintah, sektor swasta, organisasi, akademisi, dll). Jika di Indonesia sebut saja Badan Informasi Geospasial yang telah memiliki standar warna untuk setiap jenis guna lahan. Hal tersebut dapat kita konfigurasikan dengan peta yang telah kita buat dengan cara mengatur warna RGB (Red Green Blue), CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Key), dan HSV (Hue, Saturation, Value). Biasanya pemegang regulasi yang telah mengatur standar warna menggunakan pengaturan warna RGB, CMYK, dan HSV. Berikut adalah contoh regulasi peta yang dikeluarkan oleh BIG pada modul spesifikasi teknis penyajian peta desa tahun 2016 oleh BIG. Pada sisi kanan dapat terlihat bahwa BIG membuat standar pewarnaan peta dengan standar CMYK, kode pada CYMK tersebutlah yang akan kita jadikan acuan pewarnaan pada ArcMap untuk mewarnai peta tersebut. Berikut adalah langkah-langkahnya. Sebagai contoh masukkan shapefile bertipe polygon (dalam kasus ini file bangunan) ke dalam ArcMap, lalu buka pengaturan symbology. Lalu akan keluar window pengaturan warna, pilih tipe warna sesuai regulasi yang ingin diikuti (dalam kasus ini CMYK) kemudian isilah kode angkanya sesuai dengan regulasi yang ada. Setelah sudah klik OK, lalu secara otomatis window akan kembali ke Symbol Selector dengan warna layer yang telah disesuaikan dengan regulasi. Cara menyimpan symbol yang telah dibuat? Setelah membuat berbagai macam symbol yang berbeda-beda tentunya symbol tersebut harus dapat disimpan agar dapat digunakan pada file .mxd lain. Cara menyimpannya sangat mudah, yaitu pada Symbol Selector dengan melakukan fungsi save as. Berikut adalah cara menyimpan symbol: (masih melanjutkan file pada pertanyaan nomor 2) Klik 2 kali pada symbol dibawah nama layer agar masuk ke dalam window Symbol Selector, pilih save as, lalu akan muncul window Item Properties Masukkan Nama untuk symbol yang akan disimpan File akan tersimpan di dalam direktori yang ada dalam kolom style, setelah selesai finish, maka symbol baru akan secara otomatis masuk ke dalam library symbology Sekian thread Arcnesia kali ini mengenai melakukan kostumisasi dan menyimpan custom symbol pada ArcMap 10.X. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di thread-thread berikutnya! Catatan : Artikel ini dibuat oleh Wildan Fadhlillah Ardi dari Esri Indonesia Spatial Heroes 3.0
... View more
06-26-2018
08:11 PM
|
0
|
0
|
56157
|
BLOG
|
Tutorial berikut akan memberitahu anda bagaimana cara membuat custom widget pada ArcGIS Web AppBuilder. Sebagai pendahuluan, sebelum melakukan langkah-langkah yang ada pada tutorial ini, pastikan IIS (Internet Information Service) anda telah terinstall. Pastikan juga anda sudah mendownload Web AppBuilder for ArcGIS (Developer Edition). Jika belum, file tersebut dapat di download di link berikut: Web AppBuilder for ArcGIS (Developer Edition) | ArcGIS for Developers. Setelah mendownlad Web AppBuilder for ArcGIS (Developer Edition), extract folder tersebut pada salah satu folder anda. Setelah syarat-syarat tersebut diatas terpenuhi, maka anda bisa melanjutkan ke langkah-langkah berikut: Buka folder WebAppBuilderForArcGIS/client/stemapp/widgets/samplewidgets, di dalam folder tersebut anda akan menemukan folder "CustomWidgetTemplate." Copy folder "CustomWidgetTemplate", ganti nama folder baru tersebut menjadi "WidgetSaya." Edit file widget.js yang ada di dalam folder (semua proses editing pada tutorial ini dapat dilakukan dengan menggunakan Notepad, atau Notepad ++ untuk tampilan yang lebih mudah dilihat). Ganti nama baseClass menjadi 'jimu-widget-widgetsaya': define(['dojo/_base/declare', 'jimu/BaseWidget'], function(declare, BaseWidget) { //To create a widget, you need to derive from BaseWidget. return declare([BaseWidget], { // Custom widget code goes here baseClass: 'jimu-widget-widgetsaya' }); }); Simpan file tersebut. Ubah tampilan dari widget. Edit file widget.html, masukkan baris berikut ke dalam widget.html: <div> <div>Ini Widget Saya.</div> </div> Simpan file tersebut Tambah widget ke file app configuration: Buka file config-demo.json di folder stemapp/sample-configs Temukan baris widgetPool> widgets, tambahkan widget anda dengan cara menambahkan baris berikut: { "label": "WidgetSaya", "uri": "widgets/samplewidgets/WidgetSaya/Widget" } Simpan file tersebut. Untuk mencoba apakah widget anda bisa dijalankan atau tidak, anda dapat membuka http://[hostname komputer anda:3344]/webappviewer/?config=sample-configs/config-demo.json dan klik ikon "WidgetSaya" (sebelumnya,pastikan Web AppBuilder anda telah berjalan). Konfigurasi widget anda: Edit file config.json pada folder WidgetSaya Tambahkan berikut ke dalam file config.json: { "configText":"abcdefg" } Edit file Widget.html. Ganti semua baris di dalam file dengan baris berikut: <div> <div>Ini WidgetSaya.</div> <div>Ini dapat dikonfigurasi.[${config.configText}]</div> </div> Save kedua file diatas. Buka http://[hostname komputer anda:3344]/webappviewer/?config=sample-configs/config-demo.json untuk melihat hasilnya. Ubah style widget. Pada file HTML, pengubahan style widget dapat dilakukan dengan cara mengedit file CSS (Cascading Style Sheet). Buka folder css yang ada dalam folder WidgetSaya. Setelah itu, edit file style.css. Masukkan baris berikut ke dalamnya: .jimu-widget-widgetsaya div:first-child{ color: blue; } Save file style.css. Buka http://[hostname komputer anda:3344]/webappviewer/?config=sample-configs/config-demo.json untuk melihat hasilnya. Atur agar widget dapat digunakan di Web AppBuilder: Edit file manifest.json di dalam folder WidgetSaya. Ganti properti widget (seperti widget type, name, locals, dan sebagainya) sesuai dengan kebutuhan. Copy folder WidgetSaya ke folder stemapp/widgets Tutup dan jalankan ulang Web AppBuilder, dan setelah itu buka http://[hostname komputer anda:3344]/webappbuilder Sekian tutorial yang dapat saya sampaikan untuk saat ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya! Muhammad Naufal Ihsan Spatial Heroes 3.0, Esri Indonesia
... View more
06-26-2018
05:12 AM
|
0
|
0
|
666
|
Online Status |
Offline
|
Date Last Visited |
11-11-2020
02:24 AM
|