BLOG
|
Halo Arcnesian! Pada blog post kali ini, saya akan membagikan sedikit pemaparan tentang LocateXT. Arcnesian mungkin sering bertemu atau berurusan dengan data lokasi yang tidak terstruktur, dan merasa kebingungan/kewalahan mengolah data tersebut. ArcGIS, dalam hal ini, memiliki solusi untuk mengatasi hal tersebut, yaitu LocateXT. LocateXT merupakan suatu extension tambahan dari ArcGIS yang memungkinkan pengguna dapat menggunakan tools Extract Locations, yang bertujuan untuk mengekstraksi data lokasi dari suatu file atau data spasial yang tidak terstruktur sehingga menghasilkan fitur titik yang mewakili lokasi tersebut. Data tidak terstruktur adalah teks atau dokumen apa pun seperti halaman web, laporan, email, konten media sosial, dan lain sebagainya. Dokumen Microsoft Office (Word, PowerPoint, dan Excel), dokumen Adobe PDF, file teks, dan sebagainya semuanya dapat diproses. Tools Extract Locations dapat memproses satu file atau beberapa file dalam satu folder sekaligus. Pengguna juga dapat men-drag teks dari email atau halaman web pada panel untuk dianalisis. Setiap titik pada kelas fitur keluaran memiliki konten dalam atribut tabel yang menunjukkan file tempat lokasi spasial ditemukan. Teks yang melingkupi lokasi spasial diekstraksi dari dokumen asli dan disimpan dalam bentuk atribut untuk menyediakan konteks bagi lokasi tersebut. Tanggal dan kata kunci yang terkait dengan lokasi juga dapat diekstraksi. Tools Extract Locations tidak secara otomatis mengenali teks yang mewakili alamat sebagai lokasi spasial, sehingga locator tidak dapat digunakan untuk menghasilkan titik yang mewakili lokasi tersebut. Kapabilitas yang disediakan pada tools Extract Locations juga tersedia dalam geoprocessing tools, yaitu Extract Locations From Document dan Extract Locations From Text . Berikut ini saya akan mencontohkan bagaimana kapabilitas ekstensi LocateXT ini dapat bekerja. Pada kesempatan ini, saya menggunakan ArcGIS Pro dan data titik-titik lokasi baseline pulau-pulau terluar di wilayah teritorial Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2002 (format PDF) yang diunduh dari situs United Nations sebagai data sampel untuk diekstraksi koordinatnya. Tahapan langkah kerjanya adalah sebagai berikut: 1. Unduh file yang mengandung koordinat lokasi titik-titik lokasi baseline agar tersimpan pada penyimpanan lokal anda. File yang diunduh (untuk kasus ini) dalam format PDF. 2. Selanjutnya, jalankan ArcGIS Pro yang sudah terpasang ekstensi LocateXT. Pada jendela ArcGIS Pro, buat project baru dengan nama dan lokasi penyimpanan sesuai keinginan. 3. Proses ekstraksi koordinat dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah menggunakan tools Extract Locations pada menu Add Data. Pada tab Map, pilih opsi Add Data -> Extract Locations. Jendela Extract Locations seperti berikut akan muncul. Pada opsi Output, beri nama dan tentukan lokasi penyimpanan untuk fitur hasil ekstraksi koordinat. Selanjutnya pada opsi Input, drop file PDF yang sebelumnya sudah diunduh, atau klik opsi Browse untuk memilih file tersebut. Selanjutnya klik Extract. File akan diproses beberapa saat untuk diekstraksi data koordinatnya. Hasil ekstraksi koordinat akan muncul pada jendela ArcGIS Pro. 4. Cara kedua adalah dengan menggunakan Geoprocessing tools. Pada tab Analysis, pilih Tools. Jendela Geoprocessing akan muncul. Lakukan pencarian tools dengan menuliskan 'extract location' pada kolom Find Tools. Akan muncul hasil pencarian berupa tools Extract Locations From Document dan Extract Locations From Text. Karena data yang digunakan berbentuk PDF, maka kita memilih opsi Extract Locations From Document. Pada jendela Extract Locations From Document, pilih file yang ingin diekstraksi koordinatnya pada kolom Input File. Kemudian beri nama untuk feature layer hasil dari proses ekstraksi pada Output Feature Class dan tentukan lokasi penyimpanannya. Lakukan pengaturan-pengaturan lain jika diperlukan, misalnya menentukan seperti apa format koordinat hasil ekstraksinya. Klik Run untuk menjalankan proses ekstraksi. Hasil dari proses ekstraksi koordinat berupa titik-titik lokasi baseline akan muncul pada jendela ArcGIS Pro. Tidak ada perbedaan hasil antara ekstraksi yang dilakukan dengan Extract Locations maupun yang dilakukan dengan tools Extract Locations From Document. Demikian bahasan mengenai LocateXT pada blog post ini. Informasi lebih lanjut terkait extension ini dapat diakses pada artikel What is LocateXT—ArcGIS Help | Documentation. Ditulis oleh: Pachira Eizza Paramitha, Technical Track - FLP SH 2020.
... View more
06-06-2020
09:15 AM
|
0
|
0
|
788
|
BLOG
|
Halo Arcnesian! Hal yang akan dibahas pada artikel ini mungkin akan cukup berbeda dengan artikel lainnya. Karena yang akan saya bahas sekarang bukan terkait dengan proses pembuatan peta atau hal-hal yang terkait langsung dengan teknis GIS. Saya terinspirasi membuat artikel ini setelah online project workshop yang melibatkan kawan-kawan Spatial Heroes Program 2020 bersama GeoSoftware Community pada tanggal 2 dan 4 Juni 2020 lalu. Acara ini meliputi webinar dan online workshop yang diselenggarakan oleh GeoSoftware Community dengan Esri Indonesia sebagai salah satu dari narasumber dan fasilitator. Pada 2 Juni 2020, setelah webinar yang diikuti oleh kurang lebih 700 peserta, tidak sedikit peserta yang menyampaikan keluhan terkait kendala teknis via chat Zoom. Hal ini membuat tim Esri Indonesia yang khususnya yang bertanggung jawab sebagai Human Relation di online workshop ini memutuskan untuk membuat form online untuk diisi oleh peserta yang mengalami kendala. Respon yang diterima berjumlah lebih dari 50 keluhan yang dapat diklasifikasikan ke 4 butir permasalahan. Tim Human Relation sedikit kewalahan untuk merespon satu per satu keluhan yang disampaikan secara pribadi melalui alamat email peserta, dengan catatan apabila kendala belum terselesaikan dipersilakan untuk menghubungi panitia Human Relation via WhatsApp. Semua respon yang terkait dengan kendala telah didiskusikan, yang kemudian dijadikan template untuk dikirim ke masing-masing email peserta yang mengalami kendala. Walaupun bukan tergolong pekerjaan yang sangat berat, hal ini tentunya cukup menyita waktu, mengingat semua jenis keluhan harus ditanggapi secara manual dan mengingat jumlah peserta online workshop yang tidak sedikit. Berkaca dari pengalaman tersebut, mungkin untuk kegiatan serupa, dapat dibuat template FAQ (Frequently Asked Questions) yang berisi kemungkinan kendala teknis yang akan terjadi selama proses online workshop dan diblast ke masing-masing peserta tanpa menunggu adanya keluhan terlebih dahulu. Dengan adanya panduan FAQ, hal ini tentunya dapat membuat fasilitator online workshop dapat menggunakan waktu menjadi lebih efisien, karena keluhan yang masuk diharapkan kendala yang bersifat unik dan belum dibahas di template FAQ. Kendala unik ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk tim teknis kedepannya. Dengan dilakukan broadcast FAQ seperti contoh di atas, diharapkan peserta yang mengalami kendala dapat mengatasi masalah sedini mungkin dan juga para fasilitator diharapkan dapat lebih fokus pada proses keberjalanan online workshop atau melakukan pekerjaan lainnya. Semoga bermanfaat! Silvi Rindiana Spatial Heroes - Future Leaders Program 2020 Esri Indonesia
... View more
06-06-2020
09:03 AM
|
0
|
0
|
362
|
BLOG
|
Hello Arcnesian! Pada blog kali ini, saya akan membagikan cara untuk menginstall dan mulai menggunakan R-ArcGIS Bridge. Arcnesian semua mungkin ada yang sudah familiar, ada juga yang belum dengan bahasa pemrograman R. Mungkin untuk Arcnesian yang sering berkutat dengan pengolahan big data dan statistik, mungkin akan sedikit memiliki exposure terhadap bahasa pemrograman R. Ini dikarenakan, R memang diciptakan dengan tujuan untuk membantu para usernya untuk melakukan analisis yang bentuknya statistik! Kenapa mempelajari R, dan R-ArcGIS bridge ini akan berguna untuk kita? Karena R ini tidak cuma menawarkan tentang analisis statistika saja, tapi juga menawarkan beberapa fungsi lain seperti yang paling umum adalah pembuatan grafik dari hasil analisis kita. Melalui Komunitas R dan Repository yang terus berkembang, R juga memiliki ribuan package yang dapat ditawarkan kepada para usernya untuk melakukan berbagai macam analisis yang terus diupdate seiring berjalannnya waktu. 1. Aplikasi yang dibutuhkan R-ArcGIS Bridge bekerja dengan cara menyambungkan kapabilitas ArcGIS dengan R. Data yang akan di gunakan untuk analisis secara mudah dapat di pindah, digunakan dan dioperasikan secara mudah. Analisa Statistik yang dibutuhkan juga dapat dilakukan di dalam IDE R berupa RStudio, atau juga bahkan di bentuk kedalam sebuah geoprocessing toolbox di dalam ArcGIS Pro. R-ArcGIS Bridge dapat diinstall dengan berbagai cara. Tapi pada dasarnya untuk menginstall R-ArcGIS anda membutuhkan: ArcGIS 10.3.1 atau lebih baru, atau ArcGIS Pro 1.1 atau lebih baru (link) R Statistical Computing Software versi 3.3.2 atau lebih (link) RStudio (link) 2. Instalasi R-ArcGIS Bridge melalui Github Melalui (link) github ini, instalasi R-ArcGIS Bridge dapat dengan mudah dilakukan dan sudah dilengkapi dengan dokumen dokumen dan petunjuk yang dibutuhkan untuk memasang R-ArcGIS bridgenya. Karena kita akan menggunakan R-ArcGIS Bridge ini di dalam ArcGIS Pro, berikut adalah Langkah dalam instalasinya: Dalam Project Pane, cari folder connection yang memiliki Python toolbox, klik kanan pada Toolbox > Add Toolbox kemudian cari lokasi dari python toolbox yang sudah di download dari link github diatas. Double klik atau run “Install R bindings”. Jika sudah selesai, anda dapat mengecek keadaan bridgenya dengan menggunakan “Print R Version” dan “R Installation Details”. 3. Instalasi R-ArcGIS Bridge dari ArcGIS Pro Jika kedua Langkah tersebut telah selesai, kita juga bisa memastikan jika R-ArcGIS Bridge sudah terinstall di ArcGIS Pro kita dengan pilihan Project > Option > Geoprocessing lalu cek di bagian R-ArcGIS Suppport. ArcGIS Pro kita kan secara otomatis mendeteksi versi R yang sudah terinstall di computer kita. Lalu, jika ‘arcgisbinding’ package belum terinstall, kita bisa memilih pilihan di bawah dropdown nya lalu pilih “install package from the internet”. 4. Menggunakan R-ArcGIS Syntax yang Paling Umum Jika R-ArcGIS Bridge sudah dipastikan terpasang di dalam ArcGIS Pro kita, kita bisa mulai membuka RStudio, kemudian memanggil beberapa command untuk menghubungkan R workspace kita dengan RStudio. Kedua command diatas adalah syntax yang harus dilakukan untuk membuat koneksi antara RStudio dan ArcGIS Pro kita. Kita bisa memasukkan syntax tersebut di dalam Source atau script kita ke dalam dua line yang berbeda, lalu blok kedua line tersebut dan klik “run”. Untuk mulai mulai mengoperasikan data di dalam RStudio, data yang kita akan gunakan harus di buka terlebih dahulu. Dalam RStudio, kita bisa melakukan pemanggilan data dengan mengggunakan syntax: Dalam syntax diatas, kita akan meng assign “dataset” sebagai variable yang mengandung data yang terdapat dalam path (alamat lengkap keberadaan data kita). Setelah kita run, variable dataset akan muncul di jendela environment kita. Namun, dataset ini masih berbentuk data frame dari ArcGIS. Untuk bisa mengolah datanya, kita perlu mengubah data frame ini kedalam bentuk sp object. Sp object sendiri adalah spatial object yang dapat dikenali oleh program R. sp object bisa berbentuk apa saja sesuai dengan data frame dari ArcGISnya, points, lines, polygons, pixels, rings dan bahkan grids. Untuk mengkonversikan data frame object ke dalam sp object dan sebaliknya kita bisa menggunakan syntax: Untuk memudahkan kita dalam mengolah data data ArcGIS di dalam RStudio, berikut adalah beberapa syntax yang paling populer digunakan untuk data management sederhana. Fungsi paling umum Syntax Fungsi arc.open(path) Membuka dataset ArcGIS berupa tabel dan layer ke dalam R workspace. arc.select(object, fields, where_clause, selected, spatial_reference) Memilih bagian dari dataset ke dalam R data frame berdasarkan field tertentu melalui where_clause function. arc.shape(dataframe) Menentukan shape object untuk analysis. arc.shape2sp(dataframe) Mengkonversikan arc.shape_class ke dalam sp_object. arc.sp2data(sp dataframe) Mengkonversikan sp data frame ke dalam arc_dataframe. arc.data2sp(dataframe) Mengkonversikan arc_dataframe ke dalam sp data object. arc.shapeinfo(arc.shape(dataframe)) Informasi geometri yang terdapat di dataset dibutuhkan. Akan memunculkan tipe dari geometri dan referensi spasial dari data frame yang di pilih. arc.write(path, data, coords = NULL, shape_info = NULL, overwrite = FALSE) Mengeksport data fram object dari R workspace ke dalam ArcGIS dataset. Jika kita sudah selesai melakukan analisis di dalam R workspace kita, dan kita ingin mengembalikan data nya ke dalam data yang bisa dibuka oleh ArcGIS kita bisa menggunakan syntax: Syntax diatas menunjukkan bahwa di dalam complete path tersebut, kita akan menulis arcgis.df. Jika dataframe ini mengandung attribute spasial, ia akan secara otomatis tertulis kedalam feature layer. Namun jika tidak ada attribute spasial tertera, datanya akan di tulis ke dalam sebuah tabel. Demikian penjelasan tentang pengenalan R, cara instalasi dan cara menggunakan syntax syntax sederhana untuk mengoperasikan R-ArcGIS Bridge. Semoga membantu dan selamat mencoba! Ditulis oleh: Arga Rana Ruseno - Technical Track, FLP SH 2020
... View more
06-05-2020
03:14 AM
|
0
|
0
|
1018
|
BLOG
|
Halo, Arcnesian! Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan citra satelit dan beragam aplikasinya, salah satunya untuk membuat aplikasi berbasis web menggunakan Web AppBuilder. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas custom widget yang berfokus citra satelit, yaitu Web AppBuilder for Image Services (WABIS), mulai dari cara instalasi hingga kemampuan yang ditawarkan. WABIS merupakan kumpulan widget yang memungkinkan pengguna untuk mengatur, menganalisa, dan melakukan visualisasi citra. WABIS dapat digunakan dengan mudah tanpa perlu pemrograman, bekerja dengan melengkapi framework Web Appbuilder, dan dengan mudah diintegrasikan dengan GIS dan widget penyedia citra lain. Beberapa contoh penggunaan widget ini dapat dilihat pada demo pada aplikasi image service Landsat-8: Landsat Viewer App dan Landsat Explorer. Menarik dan powerful untuk digunakan, bukan? Untuk menggunakan WABIS, Anda akan memerlukan: Akun ArcGIS Online Web AppBuilder for ArcGIS 2.4 Developer Edition Web Map (ArcGIS Online) berisi citra-citra yang Anda perlukan. Anda bisa menambahkannya dari Living Atlas. Koneksi internet INSTALASI Lakukan instalasi dan setting AppBuilder for ArcGIS 2.4 Developer Edition. Anda dapat mengacu pada panduan ini. Unduh file zip WAB-Image-Services-Widgets-WABIS-2.0-Beta dari repositori WABIS. Ekstrak file zip WAB-Image-Services-Widgets-WABIS-2.0-Beta ke komputer Anda. Kemudian, navigasikan ke folder hasil ekstraksi berisi tema/theme (…/WAB-Image-Services-Widgets-WABIS-2.0-Beta/ WAB-Image-Services-Widgets-WABIS-2.0-Beta /theme). Copy folder tema FoldableWrapperTheme ke dalam folder theme di direktori instalasi Web Appbuilder (…/WebAppBuilderForArcGIS/client/stemapp/themes). Navigasikan kembali folder hasil ekstraksi WAB Image Services Widgets dan buka folder imagery_widget. Copy semua folder yang ada di dalam folder imagery_widget ke dalam folder widget pada direktori instalasi Web Appbuilder (…/WebAppBuilderForArcGIS/client/stemapp/themes). Buka Web AppBuilder. Apabila Web Appbuilder telah berjalan sebelumnya, tutup kemudian buka kembali. Widget WABIS telah siap untuk digunakan. WABIS memiliki satu tema bawaan yaitu Foldable Wrapper Theme, yang dapat mencocokkan size widget. Anda juga dapat menggunakan widget ini untuk tema-tema lainnya juga. Pada blog ini, saya menggunakan Launchpad Theme. Informasi lebih lanjut dan tutorial pembuatan Web App menggunakan WABIS dapat diakses melalui dokumentasi WABIS. WIDGETS 1. IS Image Selector Widget ini dapat digunakan untuk mencari layer citra berdasarkan field yang ditentukan pada saat konfigurasi widget. Misalnya, mencari layer berdasarkan tanggal atau nilai tutupan awan (cloud cover) tertentu. Dapat pula digunakan untuk menentukan layer primer dan layer sekunder (untuk keperluan membandingkan atau analisis). 2. IS Layers Pada widget ini, Anda bisa menentukan dan mengganti layar utama dan kedua (primary and secondary) pada aplikasi. Untuk menambahkan/memilih waktu pada layer, gunakan IS Image Selector dan tekan tombol panah ke bawah. Apabila melakukan suatu analisis, widget ini juga bisa digunakan untuk menambahkan layer analisis tersebut ke daftar layar secondary. 3. IS Change Detection Change detection merupakan widget untuk melakukan analisis perbandingan antara layer primary dan secondary. Misalnya, Anda ingin membandingkan kondisi suatu hutan sebelum dan setelah kebakaran. Hasil perbandingan ditambahkan sebagai layer baru ("Result"). Layer ini dapat ditambahkan ke daftar image service yang tersedia dengan menggunakan IS Layers. 4. IS Compare Widget ini berfungsi untuk membandingkan citra dengan secondary layer dengan cara swipe. Secondary layer daoat dipilih melalui IS Layer. Anda juga dapat memilih tipe swipe dan transparansi layer. 5. IS Display Order Widget ini ditujukan untuk mengatur mosaik citra dengan menentukan citra mana yang ditampilkan seandainya ada citra yang tumpang tindih. 6. IS Display Parameters Widget ini memungkinkan Anda untuk mengatur interpolasi dan kompresi dari citra pada layer utama. 7. IS Renderer IS Renderer dapat digunakan untuk me-render citra berdasarkan setting yang sudah ditetapkan. Setting ini berupa service function akan mengatur penggunaan band atau rasio sesuai tujuan. IS Renderer dapat digunakan untuk memilih komposit warna atau indeks seperti NDVI. 8. IS Image Date Widget ini dapat digunakan untuk menunjukkan tanggal pengambilan citra pada layer primary ataupun secondaryang tampak pada aplikasi. 9. IS Scatterplot Widget ini mengambil nilai dua band dari layer citra (image service) dan mem-plotnya pada grafik x-y. Anda dapat Memilih area pada peta dengan menggambar dan memilih titik pada grafik, Mengetahui nilai piksel pada area/piksel dengan menklik titik pada grafik, Melakukan pengaturan bagi tambahan area of interest yang akan dibuatkan grafik. Sebagai tambahan, apabila kedua band yang dipilih sama, widget ini akan mem-plot frekuensi dari band tersebut. 10. IS Profile Widget ini menampilkan spectral profile atau index profile (NDVI, NDVI Moisture Index, atau Urban Index) bagi layer utama terpilih. 11. IS Export IIS Export dapat digunakan untuk menyimpan (save) citra paling atas yang terlihat ke daftar konten di Portal, atau mengekspor (export) citra tersebut secara lokal sebagai TIFF. Demikian bahasan mengenai WABIS pada kesempatan ini. Informasi lebih lanjut dapat diakses pada Repositori WABIS: GitHub - Esri/WAB-Image-Services-Widgets: Web AppBuilder widgets for Image Services (WABIS) Ditulis oleh Nadira Nanda P. Wijanarko - Technical Track Esri Indonesia Future Leaders Program 2020
... View more
06-03-2020
10:06 PM
|
0
|
0
|
690
|
BLOG
|
Halo Arcnesian! Pada blog kali ini saya akan membagikan tips untuk memvisualisasikan kunjungan wisatawan asing. Penyajian peta akan menggunakan Proportional Flow Map. Flow map adalah gabungan dari peta dan flow (aliran) objek yang melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain. Proportional Flow map menggunakan garis (lines) untuk mensimbolisasikan pergerakan objek, sedangkan maksud dari proportional adalah ketebalan garis untuk merepresentasikan besarnya kuantitas/jumlah dari objek yang melakukan pergerakan. Dalam studi kasus kali ini, objek yang dimaksud adalah wisatawan asing. Proportional Flow Map dipilih karena memberikan kesan adanya pergerakan wisatawan dari negara asalnya untuk berkunjung ke negara lain. Selain itu, dengan ketebalan garis yang proporsional dapat menunjukkan perbedaan jumlah wisatawan tiap negara yang berkunjung. Hal tersebut yang menjadi keunggulan Proportional Flow Map dibandingkan dengan Proportional Symbol Map dalam memvisualisasikan data kunjungan wisatawan. Produk Esri yang digunakan dalam pengerjaan studi kasus ini adalah ArcGIS Online. Data yang digunakan dapat diunduh dari situs Badan Statistik Pusat. Hasil dari tutorial ini merupakan Peta Distribusi Kunjungan Wisatawan ASEAN ke Indonesia pada bulan Maret 2020. Berikut adalah tahapan langkah kerjanya: Persiapan Data Unduh data dari situs BPS. Lakukan pengeditan data pada Excel. Hapus data kebangsaan lain selain negara ASEAN: Brunei Darussalam, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Vietnam, Laos, Cambodia, dan Myanmar. Gunakan data Jumlah Wisatawan pada bulan Maret 2020. Ubah Judul Kolom menjadi Asal_Negara dan Wisatawan_Maret_2020. Simpan dengan format .csv. Pembuatan feature layer dari file .csv Buka ArcGIS Online dan lakukan proses Sign In. Pada Tab Content. Klik Add Item > From your computer. Pilih file .csv yang sudah dipersiapkan pada tahap sebelumnya. Kemudian pada jendela Add an item from my computer, lakukan pengaturan sebagai berikut untuk menambahkan unsur spasial melalui proses geocoding Asal_Negara: Locate futures by: Addresses or Places In: World Asal_Negara > Location Fields: Country Klik Add Item. Pembuatan web map dari feature layer Setelah feature layer dibuat, dengan otomatis akan muncul proses Review Locations seperti gambar di bawah ini. Klik Yes. Proses geocoding berhasil ditandai dengan Matched (9 Total). Dan jika dilihat pada peta akan terdapat 9 fitur titik berdasarkan dengan lokasi negara. Klik Done Reviewing. Penambahan titik lokasi Indonesia dengan Map Note Pada bagian Search di kanan atas, ketik Indonesia, lakukan pencarian. Kemudian akan muncul jendela seperti di bawah ini. Lalu klik Add to Map Notes. Titik sudah berhasil ditambahkan, pada Content > Rename, ganti nama Map Notes menjadi Indonesia. Proses analisis Analisis dilakukan untuk membuat garis flow (flowline) yang menhubungkan negara Indonesia dengan negara ASEAN lainnya. Pilih Tab Analysis > Use Proximity > Find Nearest. Pada Jendela Find Nearest ubah dengan ketentuan sebagai berikut: Specify the starting locations: Indonesia Find the nearest locations in: Wisatawan ASEAN Maret 2020 Measure: Line Distance Uncheck limit bagian ke 4 Ganti nama layer menjadi: Flowline Wisatawan ASEAN Maret 2020 ke Indonesia Pada tampilan peta, lakukan Zoom Out agar semua wilayah ASEAN terlihat. Klik Run Analysis. Hasilnya akan muncul fitur garis seperti gambar di bawah ini: Proses visualisasi Ubah tampilan fitur Flowline Wisatawan ASEAN Maret 2020 Indonesia. Pada Change Style, lakukan pengaturan sebagai berikut: Choose an attribute to show: Wisatawan_Maret_2020 Select a drawing style: Counts and Amounts (Size) Ubah tampilan fitur point Wisatawan ASEAN Maret 2020. Pada Change Style, lakukan pengaturan sebagai berikut: Choose an attribute to show: Wisatawan_Maret_2020 Select a drawing style: Counts and Amounts (Size) Ubah Basemap menjadi Dark Gray Canvas Ubah tampilan fitur point Indonesia dengan Change Symbol > People Places. Pilih gambar untuk merepresentasikan tempat wisata. Berikut adalah hasil akhir visualisasi: Sekian tutorial pembuatan Peta Distribusi Kunjungan Wisatawan ASEAN ke Indonesia pada bulan Maret 2020. Selamat mencoba! Ditulis oleh: Brigitta Maria - BD Track, FLP SH 2020
... View more
06-01-2020
06:32 AM
|
0
|
0
|
511
|
BLOG
|
Every 3D Model has a volume. ArcGIS is capable to measure the 3D volume automatically and efficiency. The data will be used in this study case are DEM (Digital Elevation Model) and also its orthomosaic. I will drag the case study of waste piles. So here they are the steps to measure its: 1. Open link Arcnesia Bima -1 - Google Drive to access the waste piles of Cipayung Landfill DEM and its orthomosaic 2. Open ArcScene 3. Click add data toolbar 4. Choose DEM of Cipayung Landfill and its orthomosaic to be added as layers 5. Your layers will be appeared like this on map surface 6. Right click on DEM_Sampah_utm.tif then choose properties 7. At the display tab, please choose cube as the resample during display using 8. On the base height tab, please choose floating on a custom surface with DEM_Sampah_utm.tif data as Elevation from surfaces then click ok 9. Your DEM layer become formed as 3D visualization but not sticked into the orthomosaic layer 10. If you want to make it stick to orthomosaic data, right click on orthomosaic data then choose properties 11. On base height tab, please choose floating on a custom surface with DEM_Sampah_utm.tif data as Elevation from surfaces 12. On the display tab, please choose cube as the resample during display using then click ok 13. Vuala, your layers have been sticked 14. If you wanna visualize the orthomosaic 3D scene only, you may uncheck the DEM_sampah_utm.tif as a layer 15. Now, let's measure the volume Click search toolbar 16. On search window, type "Surface Volume" 17. Choose Surface Volume (3D Analyst) 18. Choose the DEM on Input Surface window 19, You may choose ABOVE or BELOW as the Reference Plane, but in this case we choose the BELOW to measure its from bottom to top 20. Set the folder that will store the result by txt format 21. Click ok 22. You will see the result. 23. The result appeared based on the result sequences. The seuqences are Dataset, Plane_Height, Reference, Z_Factor, Area_2D, Area_3D, Volume and their results are shown based from the begininng of the sequences till end 23. Share your own result by sharing on comment section down below
... View more
05-27-2020
06:10 AM
|
0
|
0
|
403
|
Online Status |
Offline
|
Date Last Visited |
11-20-2020
04:23 AM
|